Makalah Bencana Tsunami - Lengkap
Makalah Bencana
Tsunami
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami selaku siswi dari salah satu
kelompok PLH di kelas XI- IPA 1, telah
melaksanakan kegiatan presentasi dan
pembuatan makalah ini dengan lancar dan sebagai mana mestinya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas di bidang mata
pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang bertujuan untuk memperoleh mendeskripsikan
mengenai bencana tsunami.
Kami menyadari bahwa makalah dan presentasi kelompok kami
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak kami harapkan untuk kesempurnaan laporan ini.
Dengan terlaksananya presentasi dan makalah ini, maka
kami berharap telah memenuhi tugas PLH dan mendapatkan nilai yang baik. Serta
bermanfaat bagi teman-teman sekalian.
Cibinong, 21 Mei
2013
Anggota Kelompok
Daftar Isi
Kata Pengantar
.......................................................................................................
2
Daftar Isi
................................................................................................................. 3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
.......................................................................................
4
1.2 Rumusan Masalah
................................................................................
4
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Tsunami
..............................................................................
5
2.2 Penyebab Tsunami ...............................................................................
5
2.2.
1 Gempa Bumi yang berpusat di bawah laut ............................... 5
2.2.
2 Letusan gunung berapi
............................................................
6
2.2.
3 Longsor bawah laut
..................................................................
6
2.2.
4 Hantaman Meteor di laut
.........................................................
6
2.3 Gejala Tsunami
.....................................................................................
6
2.4 Sistem
Peringatan Dini …………………………………………………….. 7
2.5 Rambatan Tsunami
...............................................................................
8
2.6 Karakteristik Tsunami
...........................................................................
9
2.7 Skema Terjadinya Tsunami...................................................................
9
2.8 Dampak Tsunami
.................................................................................. 10
2.9 Mitigasi Tsunami
................................................................................... 11
2.8.
1 Penilaian Bahaya (Hazard Assesment) .................................... 12
2.8.
2 Peringatan (Warning) ............................................................... 14
2.8.
3 Persiapan .................................................................................. 12
2.8.
4 Penelitian ................................................................................. 14
2.10 Menghadapi Tsunami
............................................................................ 17
2.9.
1 Persiapan Menghadapi Tsunami ............................................. 17
2.9.
2 Cara Penanggulangan Tsunami .............................................. 17
2.9.
3 Upaya Penyelamatan Diri saat Tsunami .................................. 18
2.11 Data Historis Tsunami
........................................................................... 19
Bab III Penutup
3.
1 Kesimpulan
........................................................................................... 21
3.
2 Saran
.................................................................................................... 21
3.
3 Penutup
................................................................................................. 21
Daftar Pustaka
....................................................................................................... 22
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah
berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan
permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah
laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman
meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang
dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan
kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan
kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang.
Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju
gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika
mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per
jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter.
Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir
pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan
karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak
apa saja yang dilaluinya. Bangunan,
tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan
genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang
pertama yang mengaitkan tsunami dengan gempa bawah lain. Namun hingga abad
ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian
masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.
Teks-teks geologi,
geografi, dan oseanografi di masa lalu menyebut tsunami sebagai "gelombang
laut seismik".
1.2
Rumusan Masalah
a.
Apa yang di maksud dengan tsunami?
b.
Apa penyebab dari bencana tsunami?
c.
Gejala apa saja yang muncul sebelum tsunami terjadi?
d.
Bagaimana poses terjadinya tsunami?
e.
Apa akibat dari bencana tsunami?
f.
Bagaimana upaya untuk pencegahan serta penanggulangan tsunami?
g.
Dimana saja kawasan yang pernah terjadi bencana tsunami?
Bab II Pembahasan
2.1
Pengertian Tsunami
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu
menjalar dengan kecepatan hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan
oleh gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
Kecepatan gelombang tsunami
bergantung pada kedalaman laut. Di laut dengan kedalaman7000 m misalnya,
kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam. Kecepatan ini hampir sama dengan
kecepatan pesawat jet. Namun demikian tinggi gelombangnya di tengah laut tidak
lebihdari 60 cm. Akibatnya kapal-kapal yang sedang berlayar diatasnya jarang
merasakan adanya tsunami. Berbeda dengan gelombang laut biasa, tsunami memiliki
panjang gelombang antara dua puncaknya lebih dari 100 km di laut lepas dan
selisih waktu antara puncak-puncak gelombangnya berkisar antara 10 menit hingga
1 jam. Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk,atau muara sungai gelombang ini
menurun kecepatannya, namun tinggi gelombangnya meningkat puluhan meter dan
bersifat merusak.
2.2 Penyebab tsunami
Tsunami tidak akan terjadi jika tidak ada faktor pemicu.
Faktor penyebab terjadinya tsunami ini adalah:
2.2.1
Gempa bumi yang
berpusat di bawah laut
Meskipun demikian,
tidak semua gempa bumi dibawah laut berpotensi menimbulkan tsunami. Gempa bumi
dasar laut dapat menjadi pernyebab terjadinya tsunami adalah gempa bumi dengan
kriteria sebagai berikut:
·
Gempa bumi yang terjadi
di dasar laut.
·
Pusat gempa kurang dari
30 km dari permukaan laut.
·
Magnitudo gempa lebih
besar dari 6,0 SR.
·
Jenis pensesaran gempa
tergolong sesar vertikal (sesar naik atau turun).
Tsunami yang
ditimbulkan oleh gempabumi biasanya menimbulkan gelombang yang cukup besar, tergantung dari kekuatan gempanya dan
besarnya area patahan yang terjadi.
Tsunami dapat dihasilkan oleh gangguan apapun
yang dengan cepat memindahkan suatu
massa air yang sangat besar, seperti suatu gempabumi, letusan vulkanik,
batu bintang/meteor atau tanah longsor.
Bagaimanapun juga, penyebab yang paling umum
terjadi adalah dari gempabumi di bawah permukaan laut. Gempabumi kecil
bisa saja menciptakan tsunami akibat
dari adanya longsor di bawah permukaan laut/lantai samudera yang mampu untuk membangkitkan tsunami. Tsunami
dapat terbentuk manakala lantai samudera berubah bentuk secara vertikal
dan memindahkan air yang berada di
atasnya. Dengan adanya pergerakan secara vertical dari kulit bumi, kejadian ini biasa terjadi di
daerah pertemuan lempeng yang disebut subduksi.
Gempa bumi di daerah subduksi ini biasanya sangat efektif untuk
menghasilkan gelombang tsunami dimana
lempeng samudera slip di bawah lempeng kontinen, proses ini disebut juga dengan subduksi.
2.2.2
Letusan Gunung Berapi
Letusan gunung
berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa vulkanik (gempa akibat letusan gunung
berapi). Tsunami besar yang terjadi padatahun 1883 adalah akibat meletusnya
Gunung Krakatau yang berada di Selat Sunda. Meletusnya Gunung Tambora di Nusa
Tenggara Barat padatanggal 10-11 April 1815 juga memicu terjadinya tsunami yang
melanda Jawa Timur dan Maluku. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beradadi
wilayah ring of fire (sabuk berapi) dunia tentu harus mewaspadai ancaman ini.
2.2.3
Longsor bawah laut.
Longsor bawah
laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara lempeng samudera dan lempeng benua.
Proses ini mengakibatkan terjadinya palung laut dan pegunungan. Tsunami karena
longsoran bawah laut ini dikenal dengan nama tsunamic submarine landslide.
2.2.4
Hantaman Meteor di
Laut
Jatuhnya meteor
berukuran besar di laut juga merupakan penyebab terjadinya tsunami.
2.3 Gejala Tsunami
·
Diawali dengan gempa bumi.
·
Air laut tiba-tiba surut
·
Bau garam menyengat
·
Langit tampak berwarna hitam
·
Terjadi ledakan yang dahsyat
2.4 Sistem Peringatan DIni
Banyak kota-kota di sekitar Pasifik,
terutama di Jepang dan juga Hawaii, mempunyai sistem peringatan tsunami dan
prosedur evakuasi untuk menangani kejadian tsunami. Bencana tsunami dapat
diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di berbagai penjuru dunia dan
proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar
atu permukaan laut yang terknoneksi dengansatelit.
Perekam tekanan di dasar laut
bersama-sama dengan perangkat yang mengapung di laut buoy, dapat digunakan
untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh pengamat manusia pada
laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali digunakan untuk memberikan
peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawai pada tahun
1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah
terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika
serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada tahun 1949, dan
menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun 1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan
peringatan dini tsunami, CREST Project, dipasang di pantai Barat Amerika
Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific Northwest Seismograph
Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.
Hingga kini, ilmu tentang tsunami
sudah cukup berkembang, meskipun proses terjadinya masih banyak yang belum
diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah gempa bawah laut dan kemungkinan
kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan tsunami yang baik telah
berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang tsunami di daerah sumber,
kecepatan penjalarannya dan waktu sampai di pantai, berapa ketinggian tsunami
di pantai dan seberapa jauh rendaman yang mungkin terjadi di daratan. Walaupun
begitu, karena faktor alamiah, seperti kompleksitas topografi dan batimetri
sekitar pantai dan adanya corak ragam tutupan lahan (baik tumbuhan, bangunan,
dll), perkiraan waktu kedatangan tsunami, ketinggian dan jarak rendaman tsunami
masih belum bisa dimodelkan secara akurat.
Sistem
peringatan dini di indonesia
Pemerintah Indonesia, dengan bantuan
negara-negara donor, telah mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami
Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System - InaTEWS). Sistem
ini berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di
Jakarta. Sistem ini memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika
terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang
ini sedang disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3
tingkat peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung
Pengambilan Keputusan (Decision Support System - DSS).
Pengembangan Sistem Peringatan Dini
Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik instansi pemerintah pusat, pemerintah
daerah, lembaga internasional, lembaga non-pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia
adalah Kementrian Negara Riset dan Teknologi(RISTEK). Sedangkan instansi yang
ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN
TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini
didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5
menit setelah gempa terjadi.
Sistem Peringatan Dini memiliki 4
komponen:
1.
Pengetahuan mengenai
Bahaya dan Resiko,
2.
Peramalan,
3.
Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring
gempa dan permukaan laut),
4.
Integrasi dan Diseminasi
Informasi, Kesiapsiagaan.
Cara Kerja
Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami
adalah merupakan rangkaian sistem kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak
secara internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara di Masyarakat.
Apabila terjadi suatu Gempa, maka
kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf (pencatat gempa). Informasi
gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian) dikirimkan melalui satelit ke BMKG
Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO GEMPA yang disampaikan melalui
peralatan teknis secara simultan. Data gempa dimasukkan dalam DSS untuk
memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami.
Perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling yang sudah dibuat
terlebih dahulu. Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN TSUNAMI.
Data gempa ini juga akan diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem
peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk memberikan
konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah terbentuk. Informasi ini
juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan tsunami melalui
beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media).
Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada
masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna
ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa
tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET
(Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System)
dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id).
Pengalaman serta banyak kejadian
dilapangan membuktikan bahwa meskipun banyak peralatan canggih yang digunakan,
tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini untuk Sistem Peringatan Dini
Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat yang tinggal didaerah
rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO FM untuk
mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat lainnya yang juga dikenal
ampuh adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang mengurusnya
adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia). Mengapa Radio ? jawabannya
sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu tidak ada listrik. Radio
dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya kecil, dapat
dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif cukup memadai.
2.5
Rambatan Tsunami
Kecepatan rambat gelombang tsunami berbeda-beda,
tergantung pada kedalaman laut. Di laut dalam, kecepatan rambat tsunami
mencapai 500 – 1000km per jam atau setara dengan kecepatan pesawat terbang
namun ketinggiangelombangnya hanya sekitar 1 meter.Ketika gelombang tsunami ini
sudah mendekati pantai, kecepatan rambatnya hanya sekitar 30 km per jam, namun
ketinggian gelombangnya bisa mencapai puluhan meter. Ini sebabnya banyak orang
yang sedang berlayar di laut dalam tak menyadari adanya tsunami. kehancuran
mengerikan yang disebabkan oleh tsunami.
2.6 Karakteristik Tsunami
a.
Kecepatan Tsunami
Secara empiris,
kecepatan tsunami tergantung pada kedalaman laut dan percepatan gravitasi di tempat tersebut. Untuk di laut dalam,
kecepatan tsunami bisa setara dengan kecepatan
pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam. Semakin dangkal lautnya,
kecepatan tsunami semakin berkurang,
yaitu berkisar antara 2 – 5 km/jam.
b.
Ketinggian Tsunami
Ketinggian gelombang Tsunami berbanding
terbalik dengan kecepatanya. Artinya, jika
kecapatan tsunami besar, tetapi ketinggian gelombang tsunami hanya beberapa
puluh centimeter saja. Sebaliknya untuk
di daerah pantai, kecepatan tsunaminya kecil, sedangkan ketinggian gelombangnya cukup tinggi, bisa
mencapai puluhan meter.
Ketinggian tsunami di pantai dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah bentuk
pantainya. Ada 2 (dua) bentuk pantai yaitu :
1.
Pantainya
terjal
Bentuk pantai
seperti ini mengakibatkan bagian utama dari energi tsunami dipantulkan
oleh slope (pembatas). Sehingga
pemantulannya secara utuh mengikuti periode tsunami, tanpa pecah. Tinggi gelombang yang gelombang yang
dihasilkan antara 1 – 2 meter.
2.
Pantainya Landai
Bentuk pantai ini
mengakibtkan energi tsunami akan dinaikkan oleh pantai, disini berlaku prinsip dasar energi, yakni energi selalu
konstan. Sehingga jika kecepatannya berkurang
maka amplitudonya besar, panjang gelombangnya berkurang dan
mengakibatkan pecahnya gelombang. Hal
inilah yang mengakibatkan tinggi gelombang tsunami bisa mencapai puluhan meter.
2.7
Skema Terjadinya Tsunami
Tsunami
dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar
air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh
ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman
sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika
meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan
vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara
tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya.
Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di
pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan
gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi,
dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami
mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya
sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang
tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi
gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air.
Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai
dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan
vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak
terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng
benua.
Tanah
longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun
secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya
terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari
atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
2.8 Dampak Tsunami
Dampak Positif dari bencana tsunami :
1.
Bencana alam merenggut
banyak korban, sehingga lapangan pekerjaan menjadi terbuka luas bagi yang masih
hidup
2.
Kegunaan secara Psikologis:
Menjalin kerjasama dan bahu- membahu untuk menolong korban bencana, menimbulkan
efek kesadaran bahwa manusia itu saling membutuhkan satu sama lain.
3.
Kita bisa mengetahui samapai
dimanakah konstruksi bangunan kita serta kelemahannya, dan kita dapat melakukan
inovasi baru untuk penangkalan apabila bencana tersebut datang kembali tetapi
dengan konstruksi yang lebih baik.
Dampak Negatif dari bencana
tsunami
1. Merusak
apa saja yang dilaluinya. bangunan, tumbuh-tumbuhan dan dan mengakibatkan
korban jiwa manusia, serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan
pertanian, tanah, dan air bersih.
2. Banyak
tenaga kerja ahli yang menjadi korban, sehingga sulit mencari lagi tenaga ahli
yang sesuai dalam bidang pekerjaannya.
3. Pemerintah
akan kewalahan dalam pelaksanaan pembangunan pasca bencana, karena faktor dana
yang besar.
4. menambah tingkat kemiskinan apabila ada masyarakat korban
bencana yang kehilangan harta benda.
2.9
Mitigasi Tsunami
Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya,
mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak suatu
bahaya yang tidak dapat dihindarkan. Mitigasi adalah dasar managemen situasi
darurat. Mitigasi dapat didefinisikan sebagai “aksi yang mengurangi atau
menghilangkan resiko jangka panjang bahaya bencana alam dan akibatnya terhadap
manusia dan harta-benda” (FEMA, 2000). Mitigasi adalah usaha yang dilakukan
oleh segala pihak terkait pada tingkat negara, masyarakat dan individu.
Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam
lainnya, sangat diperlukan ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam,
merancang dan menerapkan teknik peringatan bahaya, dan mempersiapkan daerah
yang terancam untuk mengurangi dampak negatif dari bahaya tersebut. Ketiga langkah penting
tersebut: 1) penilaian bahaya (hazard assessment), 2) peringatan (warning), dan
3) persiapan (preparedness) adalah unsur utama model mitigasi. Unsur kunci
lainnya yang tidak terlibat langsung dalam mitigasi tetapi sangat mendukung
adalah penelitian yang terkait (tsunami-related research).
2.9.1
Penilaian Bahaya (Hazard
Assessment)
Unsur pertama untuk mitigasi yang efektif adalah
penilaian bahaya. Untuk setiap komunitas pesisir, penilaian bahaya tsunami
diperlukan untuk mengidentifikasi populasi dan aset yang terancam, dan tingkat
ancaman (level of risk). Penilaian ini membutuhkan pengetahuan tentang
karakteristik sumber tsunami, probabilitas kejadian, karakteristik tsunami dan
karakteristik morfologi dasar laut dan garis pantai. Untuk beberapa komunitas,
data dari tsunami yang pernah terjadi dapat membantu kuantifikasi faktor-faktor
tersebut. Untuk komunitas yang tidak atau hanya sedikit memiliki data dari masa
lalu, model numerik tsunami dapat memberikan perkiraan. Tahapan ini umumnya
menghasilkan peta potensi bahaya tsunami, yang sangat penting untuk memotivasi
dan merancang kedua unsur mitigasi lainnya, peringatan dan persiapan.
1. Data rekaman tsunami (Historical tsunami data)
Rekaman
data umumnya tersedia dalam banyak bentuk dan di banyak tempat. Format yang ada
mencakup publikasi dan katalog manuskrip, laporan penyelidikan lapangan,
pengalaman pribadi, berita koran, rekaman film dan video. Salah satu instansi riset
penyimpan data terbesar adalah International Tsunami Information Center di
Honolulu, Hawaii.
2. Data paleotsunami
Penelitian
paleotsunami juga dapat dilakukan pada endapan tsunami di daerah pesisir dan
bukti-bukti lainnya yang terkait dengan pergeseran sesar penyebab gempabumi
tsunamigenik.
3. Penyelidikan pasca tsunami
Survey
penyelidikian pasca tsunami dilakukan mengikuti suatu peristiwa tsunami yang
baru terjadi untuk mengukur batas inundasi dan merekam keterangan saksi mata
mengenai jumlah gelombang, waktu kedatangan gelombang, dan gelombang mana yang
terbesar.
4. Pemodelan numerik
Seringkali karena
rekaman data minimal, satu-satunya jalan untuk menentukan daerah potensi bahaya
adalah menggunakan pemodelan numerik. Model dapat dimulai dari skenario
terburuk. Informasi ini kemudian menjadi dasar pembuatan peta evakuasi tsunami
dan prosedurnya.
2.9.2
Peringatan (warning)
Unsur kunci kedua untuk mitigasi tsunami yang efektif
adalah suatu sistem peringatan untuk memberi peringatan kepada komunitas
pesisir tentang bahaya tsunami yang tengah mengancam. Sistem peringatan
didasarkan kepada data gempabumi sebagai peringatan dini, dan data perubahan
muka airlaut untuk konfirmasi dan pengawasan tsunami. Sistem peringatan juga
mengandalkan berbagai saluran komunikasi
untuk menerima data seismik dan perubahan muka airlaut, dan untuk memberikan pesan
kepada pihak yang berwenang. Pusat peringatan (warning center) haruslah: 1)
cepat – memberikan peringatan secepat mungkin setelah pembentukan tsunami
potensial terjadi, 2) tepat – menyampaikan pesan tentang tsunami yang berbahaya
seraya mengurangi peringatan yang keliru, dan 3) dipercaya – bahwa sistem
bekerja terus-menerus, dan pesan mereka disampaikan dan diterima secara
langsung dan mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
1. Data
Sistem peringatan
membutuhkan data seismik dan muka airlaut setiap saat secara cepat (real atau near-real
time). Sistem ini juga membutuhkan rekaman data gempabumi dan tsunami yang
pernah terjadi. Kedua jenis data tersebut dipergunakan untuk dapat secara cepat
mendeteksi dan melokalisasi gempabumi tsunamigenik potensial, untuk
mengkonfirmasi apakah tsunami telah terbentuk, dan untuk memperkirakan dampak
potensial terhadap daerah pesisir yang menjadi tanggungjawabnya.
1.1 Data seismic
Sinyal seismik –
getaran dari gempabumi yang bergerak secara cepat melalui kulit bumi –
dipergunakan oleh pusat peringatan untuk mendeteksi terjadinya gempabumi, dan
kemudian untuk menentukan lokasi dan skalanya. Berdasarkan informasi tersebut,
statistik likelihood tsunami yang terbentuk dapat diperkirakan secara cepat,
dan peringatan dini atau informasi yang sesuai dapat dikeluarkan.
Seismometer
standard periode pendek (0.5-2 sec/cycle) dan periode panjang (18-22 sec/cycle)
menghasilkan data untuk menentukan lokasi dan skala gempabumi. Seismometer
skala luas — broadband seismometers (0.01-100 sec/cycle) dapat pula dipergunakan
untuk kedua tujuan diatas dan juga untuk penghitungan momen seismik yang sangat
berguna untuk menyempurnakan analisis data yang dilakukan.
1.2 Data muka air laut
Pengukur variasi
muka laut (water-level gauges) adalah instrumen yang sangat penting dalam
sistem peringatan tsunami. Mereka dipergunakan untuk konfirmasi secara cepat
tentang kehadiran atau tidaknya suatu tsunami mengikuti peristiwa gempabumi,
untuk mengamati perkembangan tsunami, untuk membantu estimasi tingkat bahaya,
dan menyediakan alasan untuk memutuskan bahaya telah berlalu. Gauges kadangkala
merupakan satu-satunya cara untuk mendeteksi tsunami ketika data seismik tidak
mendukung, atau bila tsunami bukan disebabkan oleh gempabumi.
Untuk bisa
memberikan peringatan secara efektif, gauges perlu diletakkan di dekat sumber
tsunami sehingga konfirmasi secara cepat diperoleh, apakah tsunami telah
terbentuk atau tidak, dan perkiraan awal mengenai ukuran tsunami. Mereka harus
pula diletakkan diantara sumber dan daerah pesisir yang terancam untuk
memonitor perkembangannya dan membantu memprediksi dampaknya. Untuk tsunami
lokal, gauges dibutuhkan di sepanjang garis pantai untuk memperoleh konfirmasi
tercepat dan untuk evaluasi.
1.3 Data rekaman tsunami dan gempa bumi
Pusat peringatan
membutuhkan akses cepat kepada data rekaman tsunami dan gempabumi untuk
membantu memperkirakan apakah suatu gempabumi dari suatu lokasi dapat
menyebabkan tsunami, dan apakah tsunami tersebut berbahaya bagi daerah tanggung
jawab mereka. Sebagai contoh, adalah sangat berguna untuk mengetahui bila zona
subduksi pada suatu daerah pernah mengalami gempabumi berskala 8 tetapi tidak
pernah menghasilkan tsunami. Juga sangat berguna untuk mengetahui karakteristik
rekaman data muka airlaut untuk tsunami yang berbahaya dan yang tidak berbahaya
pada suatu daerah.
1.4 Data model numeric
Dewasa ini, pusat
peringatan mulai mempergunakan data dari model numerik untuk memberikan panduan
dalam prediksi tingkat bahaya tsunami berdasarkan parameter gempabumi dan data
muka airlaut tertentu.
1.5 Data lainnya
Jenis data lainnya yang diperlukan oleh pusat peringatan
adalah seperti data letusan gunungapi atau tanah longsor yang terjadi di dekat
tubuh airlaut.
2.
Komunikasi
Sistem peringatan tsunami
membutuhkan komunikasi yang unik dan ekstensif. Data seismik dan perubahan muka
airlaut harus dikirim dari lokasi secara cepat dan dapat dipercaya oleh
penerima.
2.1 Akses data real time
Data seismik dan perubahan muka airlaut supaya berguna
haruslah dapat diterima secara cepat real atau very near real time. Banyak
teknik komunikasi yang bisa dipergunakan, seperti radio VHF, gelombang mikro,
transmisi satelit.
2.2 Penyebaran pesan
Penyampaian pesan
kepada para pengguna juga sama pentingnya sebagaimana mendapatkan data secara
real time. Penyampaian pesan dapat secara cepat dilakukan melalui Global
Telecommunications System (GTS) atau Aeronautical Fixed Telecommunications
Network (AFTN). Pesan dapat pula disampaikan secara konvensional melalui
e-mail, telpon atau fax.
2.9.3
Persiapan
Kegiatan kategori ini tergantung pada
penilaian bahaya dan peringatan. Persiapan yang layak terhadap peringatan
bahaya tsunami membutuhkan pengetahuan tentang daerah yang kemungkina terkena
bahaya (peta inundasi tsunami) dan pengetahuan tentang sistem peringatan untuk
mengetahui kapan harus mengevakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi
telah aman. Tanpa kedua pengetahuan akan muncul kemungkinan kegagalan mitigasi
bahaya tsunami. Tingkat kepedulian publik dan pemahamannya terhadap tsunami
juga sangat penting. Jenis persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang
menempatkan lokasi fasilitas vital masyarakat seperti sekolah, kantor polisi
dan pemadam kebakaran, rumah sakit berada diluar zona bahaya. Usaha-usaha
keteknikan untuk membangun struktur yang tahan terhadap tsunami, melindungi
bangunan yang telah ada dan menciptakan breakwater penghalang tsunami juga
termasuk bagian dari persiapan.
1. Evakuasi
Rencana evakuasi
dan prosedurnya umumnya dikembangkan untuk tingkat lokal, karena rencana ini
membutuhkan pengetahuan detil tentang populasi dan fasilitas yang terancam
bahaya, dan potensi lokal yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah. Tsunami
lokal hampir tidak menyediakan waktu yang cukup untuk peringatan formal dan
disertai gempabumi, sementara tsunami distan mungkin memberi waktu beberapa jam
untuk persiapan sebelum gelombang yang pertama tiba. Sehingga persiapan evakuasi dan
prosedurnya harus disiapkan untuk kedua skenario tersebut.
1.1 Evakuasi untuk tsunami local
Ketika tsunami
lokal terjadi, satu-satunya tanda yang ada mungkin hanyalah goncangan
gempabumi, atau suatu kondisi yang tidak biasa pada tubuh airlaut. Masyarakat
harus mampu mengenali tanda-tanda bahaya tersebut, kemudian pindah segera dan
secepatnya kearah darat atau ke arah dataran tinggi karena gelombang tsunami
dapat menghantam dalam hitungan menit. Para pengungsi juga menghadapi bahaya
yang disebabkan oleh gempabumi seperti tanah longsor, runtuhnya bangunan dan jembatan yang mungkin
menghambat usaha mereka dalam menyelamatkan diri. Untuk itu diperlukan sekali
kepedulian publik dan pendidikan tentang tsunami dan kemungkinan bahaya yang
mengikuti. Hal ini juga membutuhkan perencanaan resmi tentang zona bahaya dan
rute evakuasi yang aman. Kunci utama untuk memotivasi pendidikan publik adalah
pemahaman tentang bahaya tsunami dan dimana kemungkinan banjir tsunami tersebut
terjadi.
1.2 Evakuasi untuk tsunami distan
Pada kasus tsunami
distan, pihak yang berwenang masih memiliki waktu yang cukup untuk
mengorganisir evakuasi. Mengikuti peringatan dari pusat peringatan bahwa
tsunami telah terbentuk dan waktu kedatangan gelombang pertama telah diketahui,
pihak yang berwenang membuat keputusan tentang apakah evakusi diperlukan.
Keputusan ini didasarkan kepada data rekaman atau model tentang ancaman dari
sumber tsunami dan panduan lebih lanjut dari pusat peringatan tentang
pergerakan tsunami. Masyarakat diinformasikan tentang bahaya yang mengancam,
dan diinstruksikan tentang bagaimana, kemana, dan kapan harus mengungsi.
Badan-badan pelayanan masyarakat seperti polisi, pemadam kebakaran dan tentara,
difungsikan untuk membantu kelancaran pengungsian. Zona evakuasi dan rute pengungsian
harus ditentukan secara aman, masyarakat harus cukup diberi pengarahan tentang
bahaya tsunami dan prosedur evakuasi, sehingga mereka tidak tetap berada di
tempat tinggal ketika tsunami datang atau telah kembali ketika ancaman masih
belum berakhir. Evakuasi yang tidak perlu harus dikurangi untuk menjaga
kepercayaan publik terhadap sistem.
2.
Pendidikan
Mitigasi tsunami harus mengandung
rencana untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan oleh masyarakat luas,
pemerintah lokal, dan para pembuat kebijakan tentang sifat-sifat tsunami,
kerusakan dan bahaya yang disebabkan dan langkah-langkah yang diperlukan untuk
mengurangi bahaya.
2.1 Pendidikan publik
Pendidikan publik yang dilaksanakan akan efektif bila
ikut memperhitungkan bahasa dan budaya lokal, ada-istiadat, praktek keagamaan,
hubungan masyarakat dengan kekuasaan, dan pengalaman tsunami masa lalu.
2.2 Pendidikan untuk para operator sistem peringatan, manager
bencana alam, dan pembuat kebijakan.
Operator sistem
peringatan, manager bencana alam, dan pembuat kebijakan harus memenuhi suatu
tingkat pendidikan dan pemahaman terhadap bahaya tsunami. Sebab tsunami, baik
lokal maupun distan, jarang terjadi pada suatu daerah tertentu, sehingga
orang-orang kunci tersebut tidak memiliki pengalaman probadi terhadap fenomena
yang menjadi dasar keputusan menyangkut persiapan atau tindakan yang harus
dilakukan ketika bahaya tersebut menimpa.
3. Tata guna lahan
Sebagai konsekuensi pertumbuhan penduduk global, daerah
pesisir yang rawan tsunami berkembang dengan cepat. Karena tidak mungkin untuk
menghentikan pembangunan, sebaiknya dilakukan pencegahan pembangunan fasilitas
umum pada zona rawan bencana tsunami, seperti sekolah, polisi, pemadam
kebakaran dan rumah sakit yang memiliki arti penting bagi populasi ketika
bahaya sewaktu-waktu terjadi. Sebagai tambahan, hotel dan penginapan juga perlu
ditempatkan pada lokasi yang sesuai dengan prosedur evakuasi untuk memberikan
keamanan kepada para tamunya.
4. Keteknikan
Keteknikan dapat membantu mitigasi tsunami. Bangunan
dapat diperkuat sehingga tahan terhadap tekanan gelombang dan arus yang kuat. Fondasi
struktur dapat dikonstruksikan menahan erosi dan penggerusan oleh arus. Lantai
dasar suatu bangunan dapat dibuat terbuka sehingga mampu membiarkan airlaut
melintas, hal ini menolong mengurangi sifat penggerusan arus pada fondasi. Bagian penting dari suatu
bangunan seperti generator cadangan, motor elevator dapat ditempatkan pada
lantai yang tidak terkena banjir. Benda-benda berat berbahaya seperti tanki
yang dapat hanyut terbawa banjir sebaiknya ditanamkan ke tanah. Sistem
transportasi dikonstruksikan atau dimodifikasi sehingga mampu memfasilitasi
evakuasi massal secara cepat keluar dari daerah bahaya. Beberapa struktur penahan
gelombang laut seperti seawall, sea dikes, breakwaters, river gates, juga mampu
menahan atau mengurangi tekanan tsunami.
2.9.4
Penelitian
Meskipun tidak terkait langsung dengan aktivitas
mitigasi, penelitian yang terkait dengan tsunami sangatlah penting untuk
meningkatkan kualitas mitigasi. Riset yang menyelidiki bukti-bukti
paleotsunami, mengembangkan database, kuantifikasi dampak bahaya tsunami, atau
pemodelan numerik dapat meningkatkan tingkat akurasi penilaian bahaya. Penelitian juga
mampu meningkatkan cara pendidikan publik sehingga tingkat kepedulian
masyarakat akan bahya tsunami meningkat. Penelitian juga memberikan panduan
perencanaan tata ruang dalam zona inundasi potensial.
2.10 Menghadapi Tsunami
2.10.1
Persiapan Menghadapi Tsunami
· Mengetahui pusat informasi bencana, seperti Posko Bencana, Palang Merah
Indonesia, Tim SAR. Kenali areal rumah, sekolah, tempat kerja, atau tempat lain
yang beresiko. Mengetahui wilayah dataran tinggi dan dataran rendah yang
beresiko terkena Tsunami.
· Jika melakukan perjalanan ke wilayah rawan Tsunami, kenali hotel, motel,
dan carilah pusat pengungsian. Adalah penting mengetahui rute jalan keluar yang
ditunjuk setelah peringatan dikeluarkan.
· Siapkan kotak Persediaan Pengungsian dalam suatu tempat yang mudah dibawa
(ransel punggung), di dekat pintu.
· Siapkan peersediaan makanan dan air minum untuk pengungsian.
· Siapkan selalu peralatan P3K lengkap.
· Membawa barang secukupnya saja untuk keperluan pengungsian.
· Segera mengungsi setelah ada pemberitahuan dari pihak yang berwenang atas
penyebaran informasi tentang tsunami.
· Jika hanya ada sedikit waktu sebelum datang tsunami,segera mencari pintu
dan mencari jalan keluar dari rumah atau gedung dengan segera.
· Carilah tempat yang tinggi dan aman dari gelombang tsunami,atau mengikuti
rute dan tempat yang suah ditetapkan oleh pihak yang berwenang.
· Utamakan keselamatan terlebih dahulu, jika terjadi kerusakan pada tempat
Anda berada,bila ingin menyelamatkan harta benda carilah yang mudah dan ringan
dibawa.
· Pastikan tidak ada anggota keluarga yang tertinggal pada saat pergi ke
tempat evakuasi. Jika bisa ajaklah tetangga dekat Anda untuk pergi
bersama-sama.
· Jika tsunami terjadi pada saat Anda sedang menyetir kendaraan, cepat keluar
dan cari tempat yang tinggi dan aman.
· Setelah Terjadi Tsunami, Periksa kesediaan makanan. Makanan apapun yang
terkena air mungkin sudah tercemar dan harus dibuang.
· Memberikan bantuan kepada korban luka-luka. Berikan bantuan P3K dan panggil
bantuan. Jangan pindahkan orang yang terluka, kecuali yang luka serius.
· Segera membangun tenda pengungsian apabila keadaan untuk kembali ke rumah
tidak memungkinkan.
· Pastikan keadaan sudah aman dan tidak terjadi tsunami susulan sebelum
kembali ke rumah.Bila keadaan rumah tidak memungkinkan untuk ditempati carilah
tempat tinggal yang bisa ditempati atau kembali ke tempat pengungsian.
2.10.2
Cara penanggulangan Tsunami
Adapun cara yang dilakukan untuk penanggulangan bencana tsunami adalah :
· Melaksanakan evakuasi secara intensif.
· Melaksanakan pengelolaan pengungsi.
· Melakukan terus pencarian orang hilang, dan pengumpulan jenazah.
· Membuka dan hidupkan jalur logistik dan lakukan resuplay serta
pendistribusian
· logistik yang diperlukan.
· Membuka dan memulihkan jaringan komunikasi antar daerah atau kota.
· Melakukan pembersihan kota yang hancur dan penuh puing dan lumpur.
· Menggunakan dana pemerintah untuk penanggulangan bencana dan gunakan pula
dengan
· tepat sumbangan dana baik dari dalam maupun luar negeri.
· Menyambut dengan baik dan libatkan unsur civil society.
2.10.3
Upaya Penyelamatan diri saat terjadi Tsunami
· Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini tidak datang setiap saat.
Janganlah ancaman bencana alam ini mengurangi kenyamanan menikmati pantai dan
lautan.
· Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut
dekat pantaisurut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari
menuju ke tempat yangtinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil
memberitahukan teman-teman yang lain.
· Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta
mendengar berita daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai.
Arahkan perahu ke laut.
· Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun
ke daerahyang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
· Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada
korban. Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut
dekat pantaisurut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari
menuju ke tempat yangtinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil
memberitahukan teman-teman yang lain.
· Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta
mendengar berita daripantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai.
Arahkan perahu ke laut.
· Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun
ke daerahyang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
· Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada
korban.
2.11
Data Historis Tsunami
·
1 November 1755, setelah
gempa bumi kolosal menghancurkan Lisbon, Portugal dan pegunungan di Eropa,
orang menyelamatkan diri dengan menggunakan perahu. Namun Tsunami akhirnya
menyusul. Peristiwa mengerikan secara bersamaan tersebut membunuh lebih dari 60
ribu orang.
·
27 Agustus 1883, letusan
gunung Krakatau memicu terjadinya tsunami yang menenggelamkan 36 ribu orang
Indonesia yang berada di pulau Jawa bagian barat dan utara Sumatera. Kekuatan
gelombang mendorong 600 ton blok terumbu karang menuju tepi pantai bersama
dengan arus tsunami yang besar.
·
15 Juni 1896, gelombang
setinggi 30 meter, disebabkan oleh gempa bumi menyapu pantai timur Jepang. Sebanyak
27 ribu orang menjadi korban.
·
1 April 1946, tsunami April Fool, dipicu
sebuah gempa yang terjadi di Alaska, membunuh 159 orang, dan kebanyakan berada
di kepulauan Hawaii.
·
9 Juli 1958, diingat sebagai tsunami terbesar
yang pernah dicatat oleh masa modern, Gempa di Teluk Lituya Alaska disebabkan
oleh tanah longsor yang awalnya dipicu oleh gempa bumi berskala 8,3 skala
richter. Gelombang sangat tinggi, tetapi karena wilayah tersebut relatif
terisolasi dan kondisi geologinya unik maka tsunami tidak menyebabkan banyak
kerusakan. Tapi hanya menenggelamkan satu perahu dan membunuh dua orang
·
22 Mei 1960, salah satu gempa besar yang
tercatat manusia terjadi di Chile sebesar 8,6 skala richter, menciptakan
tsunami yang menerjang pantai Chile dalam waktu kurang dari 15 menit. Gelombang
setinggi 25 meter membunuh 1500 orang di Chile dan Hawaii,menjadi tsunami
yang cukup besar.
·
27 Maret 1964, dikenal sebagai gempa bumi
Good Friday Alaska, dengan kekuatan sekitar 8,4 skala richter menggulung dengan
kecepatan 400 mil per jam tsunami di Valdez Inlet dengan ketinggian 6,7 meter,
membunuh lebih dari 120 orang.Sepuluh orang yang menjadi korban di kota
Crescent, di utara California, yang sempat menyaksikan gelombang setinggi 6,3
meter
·
23 Agustus 1976, sebuah tsunami di barat daya
Filipina membunuh 8 ribu korban jiwa akibat gempa bumi yang terjadi 30 menit
setelah adanya gempa.
·
17 Juli 1998, sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala
richter menyebabkan tsunami di Papua Nugini yang membunuh 2200 orang dengan
sangat cepat.
·
26 Desember 2004, gempa kolosal dengan
kekuatan 9,1 dan 9,3 skala richter setinggi 3,5 meter mengguncang Indonesia dan
membunuh 230 ribu jiwa, sebagian besar karena tsunami. Gempa tersebut dinamakan
sebagai gempa Sumatera-Andaman dan tsunami yang terjadi kemudian dikenal
sebagai tsunami lautan Hindia. Gelombang yang terjadi menimpa banyak belahan
dunia lain, sejauh hingga Nova Scotia dan Peru.
·
2006 – 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di
selatan pulau Jawa, Indonesia,
dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di Pulau Nusakambangan. Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang. Dan berasal
dari selatan kota Ciamis
·
11 maret 2011, Gempa bumi
berkekuatan 8,9 skala Richter pada kedalaman 24,4 kilometer di sebelah pantai
timur Honshu, Jepang, pada 11 Maret 2011 pukul 12.46 WIB atau 14.46 waktu
setempat, tercatat sebagai gempa bumi terbesar ketujuh di dunia.
Bab III Penutup
3. 1
Kesimpulan
Dari uraian
makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah
longsor, meteor atau letusan gunung
berapi yang terjadi di laut.
Terjadinya Tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air meluap ke daratan, seperti letusan gunung api,
gempa bumi, longsor maupun meteor yang
jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.
Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan banyak
menelan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya upaya untuk
menghadapi tsunami baik dalam keadaan waspada,persiapan,saat terjadi tsunami
dan setelah terjadi tsunami.
Ada pula berbagai macam cara untuk menanggulangi bencana tsunami.
3. 2
Saran
Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum bisa
diprediksikan dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan
beberapa langkah sebagai berikut :
Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya tsunami
dari pihak yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami terutama penduduk
yang bermukim didekat pantai.Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi
dan aman jika terjadi tsunami. Menyediakan persediaan makanan dan air minum
untuk keperluan darurat dan pengungsian. Menyiapkan tas ransel yang berisi
(atau dapat diisi) barang-barang yang sangat dibutuhkan di tempat pengungsian
seperti perlengkapan P3K atau obat-obatan.
3. 3
Penutup
Demikianlah makalah ini kami buat dengan yang sebenar-benarnya. Ucapan
terima kasih tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kemudahan kepada kami sehingga terlaksananya pembuatan makalah dan presentasi
ini. Serta kepada teman-teman yang ikut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami selaku anggota kelompok memohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat
kessalahan serta kekurangan dalam makalah ini. Selain untuk memenuhi tugas
Pendidikan Lingkungan Hidup, Semoga makalah ini dapat menjadi acuan,
pertimbangan, serta motivasi dan koreksi bagi kegiatan selanjutnya.
Cibinong, 21 Mei 2013
Anggota Kelompok
Daftar Pustaka
Diakses pada tanggal 11 januari 2013
Diakses pada tanggal 2 februari 2013
Diakses pada tanggal 17 maret 2013
Diakses pada tanggal 18 Maret 2013
Diakses
pada tanggal 15 Mei 2013
terimakasih atas makalah yang telh diberikan..
BalasHapusngeri banget ya kalo ngebahas tentang kejadian tsunami itu,
itu bisa terjadi di daerh mana saja sih mba?
terimakasih ;)
terima kasih buat contoh makalahnya,, sangat membantu sekali :D
BalasHapusterima kasih buat contoh makalahnya,, sangat membantu sekali :D
BalasHapusterimakasih untuk makalahnya ;)
BalasHapusklik klik klik http://mobildatsunbandung.com/
terima kasih untuk contoh makalahnya .. membantu banget :)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusmakasih banyak.
BalasHapusmakasih ya kak makalahnya sangat membantu untuk buat tugas skolah....
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus