Resensi Novel "Jalan Tak Ada Ujung"
Nama :Putri
Larasati
Kelas :XI-A1
No. Absen :37
Resensi
Novel
NOVEL “JALAN TAK ADA UJUNG”
·
Pengarang : Mochtar Lubis
·
Penerbit : Yayasan Obor
Indonesia
·
Tebal
buku : vi + 167 hlm ; 11 x 17 cm.
·
Keterangan :
-
Cetakan pertama
tahun 1952.
-
Cetakan ketiga
sampai dengan kedelapan diterbitkan oleh P.T. Dunia Pustaka Jaya.
-
Cetakan ke-1:
Yayasan Obor Indonesia, April 1992
-
Cetakan ke-4:
Januari 2001
Novel ini menceritakan seorang guru yang bernama Isa yang mengajar di
sebuah sekolah di Tanah Abang. Ia hidup di kala revolusi di saat para pemuda
sedang gencar-gencarnya melakukan perlawanan terhadap tentara Belanda yang
ingin menguasai kembali Indonesia.
Dalam Novel ini Guru Isa di gambarkan sebagai seseorang yang cinta damai,
dan tidak menyukai kekerasan. Dengan terpaksa karena takut ia di tuduh sebagai mata-mata musuh. Ia mengikuti
sebuah organisasi rahasia di kampungnya, dan ia terpilih menjadi kurir atau
pengantar senjata dan surat-surat di dalam kota Jakarta.
Ia mempunyai seorang Istri bernama Fatimah. Selama pernikahannya ia tidak
di karuniai seorang anak, dikarenakan Guru Isa yang mengalamai Impotensi.
Akhirnya atas permintaan istrinya, mereka mengangkat seorang anak bernama
Salim. Kehidupan mereka tidak sebahagia dulu setelah menikah. Isa tidak pernah
melihat lagi sinar mata Fatimah seperti dahulu sebelum mereka menikah. Keadaan
ekonominya juga buruk karena penghasilan Guru Isa sangat tidak menentu. Sehingga
Fatimah hatus mengutang kemana-mana, sampai suatu saat keadaannya benar-benar
terdesak, hingga akhirnya Guru Isa mencuri buku tulis yang ada di sekolah.
Karena kesamaan hoby bermain biolanya. Guru Isa menjadi dekat dengan Hazil
– seorang pemuda yang ia kenal lewat organisasi pemberontakan di kampungnya.
Hazil adalah anak dari Mr. Kamaruddin, pensiunan Kepala Landraad.
Bersama Hazil, dan seorang supir bernama Abdullah, mereka pergi
menyelundupkan senjata ke Karawang menggunakan mobil Tuan Hamidi. Di Asam
Reges, mereka bertemu dengan Rakhmat, dengan Ontong dan teman-temannya. Dari
Ontong ia di ceritakan bahwa beberapa waktu yang lalu, mereka habis telah
membunuh 2 orang perempuan Tionghoa yang dianggap sebagai mata-mata musuh. Guru
Isa menjadi takut bercampur ngeri.
Pada suatu hari Guru Isa menderita penyakit malaria. Ketika itu Hazil
datang menjenguk. Selesainya ia membantu Fatimah menyalakan api tungku. Dan
semenjak itu hubungan gelap terjadi antara Hazil dan Fatimah.
Pernah ketika Guru Isa sedang tidur, ia menemukan sebuah pipa milik Hazil
di bawah tempat tidur. Dari situlah ia mengetahui bahwa istrinya selingkuh,
namun ia lebih memilih untuk diam.
Dengan pengorbanan jiwa yang besar Guru Isa menyetujui rencana Hazil dan
Rakhmat untuk melempar granat tangan ke sebuah bioskop Rex. Namun, seminggu
kemudian ia membaca sebuah koran yang berisi bahwa salah seorang pelaku
pelempar granat tangan tertangkap. Jelas berita itu membuat Guru Isa takut
setengah mati. Ia belum mengetahui siapa yang tertangkap. Rakhmat atau Hazil?
Dan beberapa hari setelahnya Guru Isa ditangkap oleh polisi. Di sana ia di
interogasi. Dalam tahanan ia mengetahui bahwa Hazillah yang tertangkap. Hazil
sangat menyesal dan hampir mati dalam ketakutannya.dan guru Isa tetap tegar dan
berhasil melewati masa-msa ketakutan itu.
Novel ini sangat pantas untuk di baca, dengan tema perjuangan seorang guru
di masa revolusi. Ada beberapa kelebihan dalam novel ini terutama dalam setting
yang sangat kuat. Dengan perincian situasi yang sangat mendetail. Selain itu
penokohannya juga terlihat jelas. Hanya kekurangannya adalah pemilihan gaya
bahasa yang sederhana. Mochtar Lubis menggunakan sudut pandang orang pertama
dan sudut pandang orang ketiga dengan alur maju. Amanat dari novel ini adalah
untuk tidak menjadi orang yang penakut, berjuanglah demi kebenaran asal harus
berasaskan peri kemanusiaan.
Komentar
Posting Komentar